Home » Anything » Pelajaran dibalik Penggunaan Telepon Beberapa Tahun Silam

Pelajaran dibalik Penggunaan Telepon Beberapa Tahun Silam

Telepontelpon-umumTelepon kartuKartu Telepon Telkom (1)

Ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar hingga SMP (antara tahun 1990-an hingga awal 2000-an), penggunaan handphone masih belum menjamur seperti sekarang. Sebagian besar orang masih bergantung pada telepon biasa atau telepon umum sebagai sarana telekomunikasi dua arah mereka.

Istilah ‘telepon biasa’ yang saya gunakan di sini adalah telepon konvensional yang dilengkapi sebuah gagang untuk mendengar suara dan berbicara serta tombol (keypad) berukuran lebih besar daripada yang ada di handphone. Telepon yang biasa dipasang di rumah atau kantor ini harus memiliki nomor telepon khusus yang terdaftar di Telkom supaya dapat bekerja dengan semestinya.

Telepon di rumah adalah milik bersama seluruh penghuni rumah. Jika satu rumah hanya memiliki satu nomor telepon, berarti tidak mungkin dilakukan panggilan secara bersamaan ke nomor telepon tujuan yang berbeda walaupun di rumah terdapat lebih dari satu pesawat telepon. Hal yang umum terjadi ketika salah satu orang hendak menghubungi kerabat atau rekan nya sementara telepon sedang digunakan oleh penghuni lain, maka mau tidak mau orang tersebut harus sabar menunggu hingga gilirannya tiba saat telepon selesai digunakan.

Apabila kita sedang berada di luar rumah, namun ingin menelepon, kita bisa memanfaatkan fasilitas telepon umum. Jenis telepon umum pun ada yang menggunakan koin uang logam, menggunakan kartu telepon yang dijual khusus, atau berupa warung telekomunikasi (wartel). Untuk telepon koin, batas waktu melakukan panggilan tergantung jumlah nominal koin yang kita masukkan. Sedangkan untuk telepon kartu, lama waktu pembicaraan tergantung jumlah angka yang tertera pada kartu telepon yang kita miliki. Biasanya, ketika kita sudah mencapai lama waktu penggunaan tertentu kartu telepon akan berlubang dengan sendirinya sebagai tanda berapa banyak jatah waktu yang masih bisa kita gunakan kemudian. Di lain hal, wartel menggunakan sistem pasca-bayar yang berarti kita akan membayar sejumlah uang tertentu sesuai lama waktu pamakaian telepon.

Telepon umum sesuai dengan namanya berarti milik umum dan dapat digunakan siapa saja. Seperti halnya telepon biasa, penggunaan telepon umum juga tidak bisa seenaknya. Saat menggunakan telepon kita harus mengetahui situasi. Jika ada orang lain yang ingin menelepon saat kita sedang menggunakan telepon, apalagi yang mengantri tidak sedikit, kita harus memiliki sikap tenggang rasa. Kita tidak bisa menelepon terlalu lama. Seandainya ingin melanjutkan obrolan via telepon, sangat memungkinkan untuk ditunda sejenak dan dilanjutkan di lain waktu, sembari memberi kesempatan kepada pengguna yang lain (kecuali keadaan darurat).

Semasa saya masih SD, saya sering menggunakan telepon untuk beberapa hal seperti bertanya PR ke teman, mengajak teman bermain, atau meminta orang tua untuk menjemput ketika saya tidak berada di rumah. Mengingat telepon rumah milik bersama, yang akan menjawab panggilan telepon pertama kali belum tentu orang yang ingin kita ajak bicara. Oleh sebab itu, kita harus bertanya terlebih dulu untuk bisa berbicara langsung dengan orang yang kita tuju. Kalimat yang digunakan saat bertanya atau meminta izin berbicara juga harus dengan tutur kata yang baik dan sopan. Berikut adalah kalimat-kalimat yang umum digunakan ketika kita memulai pembicaraan di telepon:

“Halo, bisa bicara dengan (….)?”

“Halo, (….) nya ada?”

“Halo, benar dengan rumah/kantor (….)? Bisa bicara dengan (….)?”

Kemungkinan jawaban yang akan kita peroleh akan seperti ini:

“Ya saya sendiri”

“oh tunggu sebentar. dengan/dari siapa ini?”

“oh (….) nya sedang/lagi pergi/sibuk. ada perlu apa?”

“Maaf salah sambung”

Satu hal yang patut diingat adalah ketika itu telepon belum dilengkapi dengan penyimpan kontak. Banyak orang biasa mencatat nomor telepon di sebuah buku catatan kecil. Saat hendak menelepon pun, seseorang harus menekan tombol angka nomor telepon tujuan satu per satu. Satu saja tombol angka yang ditekan salah, pasti akan salah sambung. Ada beberapa nomor telepon yang setiap orang sering hubungi, sehingga tak jarang saat itu banyak orang mampu menghafal beberapa nomor telepon. Umumnya nomor telepon yang dihafal adalah nomor telepon rumah pribadi, kantor, rumah teman/sahabat, dan rumah kerabat/saudara.

Dengan semakin berkembang dan populernya telepon genggam atau lebih sering disebut handphone/HP, penggunaan telepon rumah atau telepon umum semakin menurun bahkan ditinggalkan. Hanya lingkungan perkantoran yang masih menggunakan telepon biasa. Saat ini sudah banyak orang yang mempunyai HP pribadi, bahkan termasuk kalangan pelajar SD hingga SMP. Asal ada pulsa, tidak perlu repot antri menunggu giliran menelepon, begitu pula ketika kita menelepon hampir tidak ada yang antri menggunakan HP kita. Bila menelepon ke nomor HP pribadi, hampir dipastikan yang akan menerima panggilan adalah sang pemilik HP, sehingga kita tidak perlu meminta izin untuk berbicara dengan orang yang kita tuju. Penyimpan kontak nomor telepon yang terdapat di HP membuat kita dengan mudah menelepon nomor yang sering dihubungi tanpa perlu menekan tombol satu per satu dan tanpa perlu dihapal.

Telekomunikasi menggunakan telepon dari rumah ke rumah semakin ditinggalkan. Telepon umum di berbagai kota di Indonesia sudah banyak yang tidak berfungsi dan hanya sekedar menjadi pajangan bahkan telah dimusnahkan. Handphone sudah menjadi alat telekomunikasi yang mampu mempermudah kehidupan banyak manusia di dunia saat ini. Bagaimanapun juga, kita sadari atau tidak, komunikasi menggunakan telepon di beberapa tahun silam bisa melatih diri kita untuk bersikap sabar, tenggang rasa, dan sopan.

Gambar disadur dari:

Telepon

http://www.anatoemon.com/2012/08/telepon-umum-kartu.html

http://koleksiana.blogspot.com/2011/06/kartu-telepon-indonesia.html


1 Comment

  1. Keren bro Hakim…
    wah udah jadi blogger sejati niy..
    salam blogger.

Leave a comment